"Gw Bebas..... Siapa Bilang...??"

 "Siapa bilang Setelah lulus sekolah atau yg paling klimaks lulus  kuliah kita sllu bilanggg "Gw Bebasss....",

Malah disitulah titik awal dimana tekanan Psikis (baik dalam diri, keluarga, maupun orang2 sekitar) semakin Besar dan perjuangan hidup semakin tinggi... Kalau gak kuat bisaa kita stress. Para pelaku memiliki pengalaman atau tingkah laku seperti kasus ini kerap kali dijumpai, khususnya dalam lingkungan keluarga kurang mampu atau sederhana. Disamping itu posisi si-Pelaku yang justru dijadikan sebagai tulang punggung keluarga bisa menjadi beban mental yang teramat lebih tinggi ketimbang pelaku lain dengan kondisi ekonominya diatas rata-rata.Menurut Gustave Le Bon (ahli teori psikologi sosial), bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa yaitu jiwa individu dan jiwa massa yang masing-masing berlaianan sifatnya.
  • Jika kita lihat si-Pelaku dari segi jiwa individu dia akan merasa beban itu dijadikan sebagai musuh besar yang harus dikalahkan, dilumpuhkan dan harus segera diambil alih sepenuhnya menjadi milik dia. Ada sebuah perang batin antara sebuah tanggungjwab atau sebuah Hak.  Itu semua ia lakukan sendiri dan pastinya dengan keanekaragaman TERPAAN yg menghujam. Antara yakin atau tidak, antara mau mencoba atau tidak antara terpinggirkan atau bertahan.
  •  Lain halnya jika dilihat dari jiwa massa, si-Pelaku akan menjumpai sebuah realitas buas, irasional dan sentimen.
  • Buas dalam arti diluar sana si-Pelaku akan menemui sosok orang-orang yg mungkin lebih kompeten, berkualitas seakan mereka itu  justru bisa memangsa balik diri si-Pelaku jikalau Pelaku tdk bisa bertahan kuat atau lebih cerdas dari mereka..

  •  Kemudian irasional yaitu segala sesuatu tidak berdasarkan akal/ pemikiran yang sehat segala kecurigaan selalu muncul dengan cara yang tidak masuk akal. Persaingan di luar memang sangat BRUTAL, apapun yg diinginkan harus didapat termasuk dengan menggunakan cara yg tidak sehat pula. Belum lagi si-Pelaku akan menemui para pesaing yang menggunakan jalan pintas (tidak sehat) yaitu  "semerbaknya" nepotisme yang ada ataupun cara yg terbilang cukup "EKSTRIM" yaitu Pembunuhan. dibuang dan dihilangankan dari peredaran bak' sampah yang masuk ke dalam TPSA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir). Hal itu bisa saja terjadi, terlebih di kota-kota besar seperti ini. 

  • Dan yang terakhir yaitu Sentimen, ini bisa diderita oleh si-Pelaku pertama dari lingkungan teman seperjuangan, disini bisa saja si-Pelaku mendapat diskriminasi mental ttg pertanyaan-pertanyaan yg bisa menyudutkan, merasa terpojokkan atas kondisi si-Pelaku yg memang blm mendapatkan pekerjaan. Terlebih terpaan dari keluarga, ini adalah Terpaan yg sangat Rapuh namun begitu besar dan kuat efeknya. Mengapa...? Karena lingkungan kelurga adalah lingkungan yg paling dominan mempengaruhi pola pikir diri seseorang. Jika didapati ada keluarga yg menekan si-Pelaku dengan  cara yg tidak sehat pula dan menjadikan si-Pelaku justru bukan sebagai bagian terdekat dan terpenting dari segi psikologi bagi mereka, namun malah dijadikan sebagai "ALAT/Medium" untuk pencetak "Uang", maka akan timbul-lah Sentimentil yg dasyat dalam diri si-Pelaku.. Jika tidak kuat, maka "kematian" adalah teman sejati bagi dirinya kelak. Maka dari itu, Lingkungan keluargalah yg mampu menjadi tombak utama dalam ikut mmbantu menstabilkan pikiran si Pelaku.. Memberikan "Space" tertentu  dan sebuah kepercayaan tinggi kpd si-Pelaku bahwasannya dia bisa berjuang di luar sana, hanya membutuhkan waktu dan dukungan serta do'a yg sllu menyertainya dalam "Bergelut" di dunia "Merah" ini. Semoga keluarga kita adalah keluarga yang Luar Biasa Bijaknya.. aminn...


(Contoh terapan Psikologi Sosial = pengalaman/tingkah laku individu dlm hubungannya dg situasi sosial)





Sampah Serapah......


0 Responses